Sabtu, 17 Oktober 2015

khulafa ar-rasyidin



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin mengalami perpecahan dan mengalami kebingungan yang sangat. Apalagi yang di rasakan oleh para sahabat-sahabatnya terutama Abu bakar. Beliaulah yang menenangkan keadaan pada saat itu dengan pidatonya: “wahai para manusia, siapa yang menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah mati. Dan barang siapa menyembah Allah, maka Allah adalah zat yang maha hidup dan takkan mati.”
Para sahabat kemudian berkumpul untuk menentukan siapa pengganti Rasulullah, tentunya adalah orang yang telah di isyaratkan oleh Rasulullah sendiri yaitu abu bakar, karena beliaulah yang di suruh Nabi untuk menggantikan untuk mengimami salat berjamaah ketika Nabi sedang sakit.
Di zaman sahabat ini, islam memulai peradabannya baik dalam masalah perluasan wilayah, pemerintahan maupun pendidikan.
B.     Rumusan masalah
1.      Dalam hal apa saja perkembangan di masa kepemimpinan khulafa Ar-rasyidin?






















BABA II
PEMBAHASAN

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ
Nama asli Abu bakar adalah Abdullah. Beliau di beri gelar '"Atiq" dan "Ash-shiddiq". Ulama berbeda pendapat kenapa Abu bakar di juluki 'Atiq. Menurut satu pendapat, karena wajahnya yang tampan. Ada juga yang berpendapat karena dalam urutan nasab nenek moyangnya, tidak ada seorangpun yang tercela. Menurut pendapat lain, karena Rasulullah pernah berkata kepadanya: "engkau 'Atiq (orang yang di bebaskan) Allah dari api neraka. Sejak saat itu Abu bakar di juluki dengan 'Atiq. (HR. Tirmidzi)[1]
Sedang julukan Abu bakar dengan Ash-shiddiq, sesuai riwayat Al hakim dari hadits urwah ibn zubair, dari Aisyah r.a, ia menuturkan, saat nabi s.a.w. melakukan perjalanan isra' ke masjidil aqsha, orang-orang memperbincangkan cerita itu. Sebagian orang yang sudah beriman dan membenarkan nabi, setelah mendengarkan cerita tersebut menyatakan murtad. Lantas mereka melaporkan hal itu kepada Abu bakar Ash-shiddiq, "apakah kamu di pihak sahabatmu itu, yang mengaku bahwa ia telah melakukan perjalanan pada malam hari ke baitul maqdis?"
Abu bakar menjawab, "apa benar ia mengatakan demikian?"
Mereka menjawab, "ya"
"Jika memang telah mengatakannya, ia benar," tegas Abu bakar.
"Engkau membenarkan ia pergi di malam hari ke baitul maqdis, dan telah datang lagi sebelum subuh?"
"Ya, dan aku akan terus membenarkannya dengan kabar langit, baik di pagi maupun malam hari", jawab Abu bakar bergeming. Sejak saat itulah Abu bakar dijuluki dengan Ash-shiddiq.
Tak ada yang membantah, abu bakar sebagai pembesar quraisy di masa jahiliyah. Di tengah kaumnya , abu bakar di cintai, terpandang, dan punya kedudukan tinggi, sebab ia memiliki etika dan akhlak terpuji, menjauhi adat-adat buruk jahiliyah yang di lakukan kebanyakan orang.
Karakter yang ia miliki ini mendorongnya untuk langsung menerima dakwah baru dari nabi Muhammad dengan semangat dan penuh kerinduan. Ia seakan mendapat mutiaranya yang hilang dan selama ini ia nantikan. Abu bakar termasuk orang yang pertama kali masuk islam, membawa panjinya, dan bahu-membahu mendakwahkannya bersama nabiMuhammad s.a.w. Ia memiliki peran besar dala keislaman beberapa sahabat[2].
Berkat dakwahnya, masuk islamlah Utsman Ibn Affan, Zubair Ibn Awwam, Abdurrahman Ibn Auf, Sa’ad Ibn api Waqqash, Thalhah Ibn Ubaidillah. Abu bakar mengajak mereka menghadap Rasulullah saat mereka menerima dakwahnya, merekapun masuk islam dan mendirikan salat.
Saat rasulullah s.a.w. jatuh sakit, abu bakar di perintahkan mengimami shalat jamaah bersama kaum muslimin. Ketika Rasulullah wafat dan umat merasakan kesedihan mendalam, serta terjadi perbedaan tentang siapa yang menjadi khalifah, abu bakar bergegas mengatasi situasi yang tidak kondusif itu.
Muhammad bin ishaq ibn yasar menyampaikan, bahwa az-Zuhri menuturkan riwayat dari anas bin malik yang menuturkan, setelah di baiat di saqifah, keesokan harinya abu bakar duduk dan umar berpidato sebelum abu bakar. Ia membaca hamdalah, lalu memuji Allah dan berkata,
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku kemarin menyampaikan sesuatu yang tidak ada dan tidak di temukan di kitabullah (Al-Qur'an), serta bukan merupakan wasiat rasulullah padaku. Namun aku yakin rasulullah akan memjadi pihak ketiga selain kita. Allah telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang telah di pergunakan-Nya untuk memberi hidayah pada rasulullah s.a.w. jika kalian berpegang teguh padanya, Allah akan memberi kalian hidayah, sebagaimana Allah telah memberi hidayah pada rasulullah.
Sesungguhnya Allah telah menjadikan kepemimpinan kalian kepada orang terbaik diantara kalian, seprang sahabat rasulullah s.a.w. orang kedua dari dua orang ketika mereka berada di gua. Karena itu, berdirilah dan baiatlah ia!" Orang-orang yang hadir di sana lantas membaiat abu bakar[3].
Langkah pertama yang dilakukan Abu Bakar setelah Rasulullah wafat, dan setelah beliau di baiat adalah meneruskan program pemberangkatan pasukan usamah. Pasukan yang bermukim di al-juruf ini telah di persiapkan oleh Rasulullah s.a.w. menuju ke Syam. Namun karena beliau sakit, pemberangkatan di hentikan dan di teruskan pada masa kepemimpinan Abu Bakar. Kemudian beliau melakukan ekspedisi penumpasan kaum murtad dan penentang zakat. Beliau juga mengkodifikasikan Al-Qur’an dalam satu mushhaf, di karenakan banyaknya para penghafal AL-Qur’an yang gugur dam peperangan dan kekhawatiran beliau terhadap hilangnya AL-Qur’an untuk zaman-zaman setelahnya. Karena dalam peperangan yamamah saja, 700 orang yang hafal Al-Qur’an terbunuh. Dan beliau juga melakukan ekspedisi militer ke luar negeri, seperti ke Persia.
UMAR IBN KHATTAB
Umar (abu hafsh) Ibn khattab Ibn nufail Ibn Abdul uzza Ibn riah Ibn Abdillah Ibn qirth Ibn razah Ibn adi Ibn ka’ab Ibn lu’ay Ibn galib Ibn fit la-Adawi la-Quraisy. Nasab  Umar bertemu dengan Rasulullah pada Ka’ab Ibn lu’ay, yakni kakek ke tujuh Nabi Muhammad s.a.w. dan kakek ke delapan Umar Ibn khattab r.a[4]. Kelebihan yang di miliki Umar adalah  dalam kekuatan dan keberanian. Semua orang Quraisy mengenalnya dengan sifat itu. Karena itulah, untuk satu urusan, Umar selalu ditunjuk sebaga duta mereka. Jika misalnya terjadi konflik internal atau perang yang melibatkan kaum quraisy dengan kaum yang lain, mereka akan mendelegasikan Umar sebagai juru bicara dan wakil mereka.
Awal mulanya, sahabat Umar bin khattab adalah penentang ajaran islam yang amat bersemangat “membunuh” agama ini di awal pertumbuhannya. Penentangan dan permusuhan terhadap Islam itu berlangsung selama 35 tahun. Selama itulah ia menghabiskan waktunya dalam kejahiliyahan. Namun setelah 35 tahun menentang islam, ternyata Allah memiliki jalan lain untuk Umar. Allah membuka pintu hatinya ketika hendak membunuh Rasulullah karena ajarannya yang menyalahi ajaran nenek moyangnya, tetapi langkah Umar terhenti dan berbelok menuju rumah saudarinya. Karena Umar mendapat laporan saudari kandungnya itu telah masuk islam. Dan dari situlah Umar mendengar lantunan ayat suci yang sedang di baca adiknya. Langka dan niat Umar untuk membunuh Rasulullah pun berubah dengan rasa kagumnya terhadap keindahan ayat suci. Umar pun akhirnya meminta di antar menuju Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Setelah itu, Umar pun mengumumkan keislamannya dan menjadi salah satu sahabat Nabi.
Kekhalifahan Umar r.a.
Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah dengan keputusan dari Abu Bakar. Penunjukan Umar sebagai pengganti Abu Bakar adalah satu keputusan yang sangat tepat, dan bisa di katakan itu adalah  prestasi terbaik Abu Bakar. Yaitu ketika beliau (Abu Bakar) jatuh sakit, beliau memanggil Abdurrahman bin ‘Auf, Utsman bin Affan, As’id bin khudair untuk melakukan konsultasi tentang pendapatnya mengangkat Umar sebagai penggantinya. Para Sahabat pun setuju dengan keputusannya, tapi Abu Bakar meminta kepada Utsman untuk menuliskan keputusannya itu dan menyuruh pada para sahabat yang ada di situ untuk tidak memberitahukannya dulu.
Setelah Abu Bakar Wafat pada hari Senin, bertepatan pada tanggal 22 Jumadil Akhir tahun 13 H[5], kemudian jenazahnya dishalatkan bersama-sama yang dipimpin oleh Umar Bin Khattab. Jenazah Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian dimakamkan di rumah Siti Aisyah berdampingan dengan makam Nabi Muhammad SAW. maka pemerintahan dipegang oleh khalifah baru yaitu Umar Bin Khattab. Perpindahan kekuasaan ini terjadi karena Umar Bin Khattab secara aklamasi telah mendapat persetujuan dari para sahabat besar dan umat Islam lainnya, sehingga ketika Abu Bakar wafat maka secara otomatis kepemimpinan itu jatuh ke tangan khalifah Umar Bin Khattab. Umar bin al-Khaththab Umar bin al-Khaththab al-Faruq menggantikan seluruh tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai Amirul Mukminin.
Dalam masa kekhalifahannya, Umar adalah khalifah yang berperan besar dalam perluasan wilayah islam. Terbukti dengan beberapa penaklukan terhadap wilayah-wilayah di beberapa jazirah Arab, bahkan sampai juga di Persia. Dan dam masa jabatannya, penaklukan terbesar yang pernah di lakukannya adalah pada penaklukan tanah nihawand yaitu kota besar yang terletak di al-hadhbah (iraq). Dan beberapa prestasi lainnya seperti peperangan melawan Persia, penaklukan wilayah jalula, halwan,Bahrain,Iskandar (alexandria) dan masih banyak lagi. Beliau juga membangun baitul mal dan departemen-departemen lainnya, membangun kota kuffah dan bashrah. Itu juga termasuk prestasi beliau pada masa kekhalifahannya.
            Jabatan beliau di gantikan oleh Utsman bin Affan karena musibah yang di alami olehnya, yaitu penikaman sang khalifah yang di lakukan oleh seorang dari golongan majusi yang berpura-pura masuk islam. Kejadian itu berlangsung pada saat Umar sedang  mengimami jamaah subuh, tiba-tiba abu lu’luah meloncat dari barisan shaf dan menikam Umar dengan pisaunya. Karena takut dan kebingungan, akhirnya Abu lu’luah bunuh diri setelah melukai 13 sahabat dan diantara mereka, 6 sahabat meninggal dunia. Mengetahui sang khalifah teruka, para sahabat pun membawanya ke kediaman beliau[6].

UTSMAN BIN AFFAN
            Beliau adalah sahabat nabi yang menjadi khalifah ke-3. Sahabat nabi yang satu ini mempunyai sifat yang sangat pemalu. Ia adalah seorang yang kaya raya dan handal dalam masalah ekonomi serta dermawan. Banyak harta yang telah ia dermakan pada kaum muslimin untuk membiayai peperangan, beliau selalu ikut dalam semua peperangan, kecuali pada perang badar. Dan pada perang tabuk, beliau termasuk orang yang paling banyak memberikan hartanya. Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur. Beliau menjabat sebagai khalifah sejak tahun 644 M sampai 656 M, dan termasuk golongan As-sabiqun Al-awwalun (golongan pertama yang masuk islam).
            Selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut. Seperti ketika akan menyerang pasukan raja rum, Dimana mereka mempunyai pasukan yang sangat banyak sampai berjumlah 600 kapal, tapi pasukan muslimin tidak menyerah dan akhirnya menekuk lutut muawiyah dan pasukannya. Dan Hal inilah yang semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut.
            Masa jabatan Utsman termasuk paling lama (12 tahun) diantara dua khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab, dan akhir jabatannya di sebabkan terbunuhnya beliau karena terdapat fitnah yang beredar pada masa itu. Beliau di bunuh di kediamannya yang sudah di kepung oleh orang-orang yang telah terhasut oleh Abdullah bin Saba’, Beliau wafat dalam keadaan berpuasa.
ALI BIN ABI THALIB
            Ali bin abi Thalib bin Abdul Mutalib bin Hasyim bin Abdul Manaf, beliau di lahirkan sepuluh tahun sebelum islam muncul, dan terpaut jauh dengan umur Nabi Muhammad, beliau termasuk as-sabiqun al-awwalun (golongan pertama yang masuk islam) dan Ali juga dikatakan sebagai orang yang pertama kali masuk islam dalam kategori remaja, karena kategori orang dewasa itu adalah sahabat Abu Bakar dan dari pihak wanita adalah Siti Hadijah. Dan Ali adalah orang yang salah seorang yang secara terang-terangan shalat jamaah bersama Rasulullah dan Siti khadijah di ka’bah. Dan tiga orang inilah yang secara terang-terangan salat di muka bumi ini. Terpilihnya ali menggantikan utsman itu karena menurut sahabat, ali adalah sosok yang pantas menggantikan utsman. Dan menurut orang kuffah, orang yang pertama kali membaiat ali adalah al-Asytar an-Nakha pada hari kamis tanggal 24 dzulhijjah. Setelah al-Asytar membaiatnya, kaum muslimin pun mengikuti untuk membaiat Ali.
Usai di baiat, fokus pertama ali adalah Reshuflle terhadap para gubernur yang di anggap sebagai rezim utsman yang menjadi pemicu fitnah. Oleh sebab itu, ali mengirim gubernur-gubernur baru untuk menggantikan pejabat-pejabat rezim utsman. Beliau mengutus utsman bin hanif ke basrah untuk menggantikan Abdullah bin amir, imarah bin syihab ke kuffah menggantikan Abu Musa al-Asy'ari, ubaidillah bin abbas ke yaman menggantikan ya'la bin maniyyah, qais bin sa'ad bin ubadah ke mesir menggantikan abdullah bin sa'ad, sahal bin hanif di utus ke syam untuk menggantikan muawiyah bin abi sufyan. Di masa pemerintahannya, terjadi beberapa konflik, antara lain adalah perang jamal . Di namakan perang jamal karena tatkala itu Aisyah bepergian bersama thalhah dan zubair menggunakan unta besar. Mereka ingin menemui Ali untuk menuntut atas pembunuh Utsman. Sebenarnya, dari dua kubu tidaklah menghendaki untuk terjadi peperangan, tapi yang menginginkannya adalah para provokator yang takut akan bersatunya kedua kubu tersebut dan nantinya akan menyerang provokator tersebut (para pembunuh Utsman). Akhirnya dari para pemberontak menyusup ke kedua pihak dan memfitnahnya agar peperangan terpecah. Semua berjalan sesuai rencana sang pemberontak, kubu Ali yang menyangka pihak Aisyah merusak kesepakatan dan sebaliknya, pihak Aisyah pun tak terhindar dari provokasi sang pemberontak. Dan perang di menangkan dari kubu Ali dengan tewasnya Thalhah, Muhammad bin Thalhah, Zubair bin Awwam. Jumlah korban tewas 10.000 jiwa dari kedua belah pihak. Ketika Aisyah akana meninggalkan kota bashrah, Ali mengirimkan kendaraan,bekal dan perlengkapan. Ali juga memberikan izin pasukan Aisyah untuk pulang bersama Aisyah. Beliau pun mengiringi kepulangan ummul mukminin sampai di gerbang kota bashrah. Kini tak ada lagi yang harus di hadapi Ali selain Mu'awiyah.
Masa kekhalifahan beliau berakhir setelah beliau dibunuh oleh orang suruhan dari kaum khawarij yang bernama Abdurrahman bin Muljam (seorang yang hafal Al-Qur’an, puasa ketika siang, dan beribadah ketika malam). Beliau wafat akibat tusukan Abdurrahman bin Muljam pada malam ahad tanggal 19 ramadhan tahun 40 H, dalam usia 63 tahun dan di makamkan di kuffah. Beliau berjasa dalam pembangunan kota kuffah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, nahwu, tafsir, dan hadis. Beliau juga menyuruh abu aswad da-duali untuk membuat buku tentang ilmu nahwu[7].
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dalam perkembangan pada masa khulafa Ar-Rasyidin ini, terjadi dalam beberapa hal seperti dalam perluasan wilayah, pemerintahan, dan pendidikan. Pada masa Abu bakar contohnya, beliau merealisasikan keinginan Rasulullah yang belum tercapai untuk mengirim pasukan usamah, memerintahkan untuk mengumpulkan teks-teks Al-qur’an, dan kebijakannya menyatukan presepsi sahabat. Umar yang di kenal dengan keberaniannya itu pun menorehkan kemajuan untuk kaum muslimin, dan yang paling banyak beliau torehkan adalah dalam hal perluasan wilayah, beliau juga membangun betul mal. Di masa Utsman, perluasan kawasan masjidil haram dan masjid Nawawi pun dilakukan, serta memperindahnya. Dan membukukan Al-Qur’an  pun beliau jalankan. Di masa Ali bin Abi Thalib pun perluasan wilayah masih berjalan, mengembalikan fungsi baitul mal, serta menjadikan kota kuffah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Berkat jasa-jasa para khulafa Ar-Rasyidin, islam pun berkembang hingga saat ini dan bisa sampai ke Indonesia.




[1] Al-Quraibi,Ibrahim, tarikh khulafa,Jakarta: Qisthi Press,2012,hal.107
[2] ibid,hal.113
[3] Ibid,hal.188
[4] Ibid,hal.315
[5] http://muhammadbagaskarapratama.blogspot.in/2013/10/peradaban-islam-pada-masa-abu-bakar.html
[6] Khulasoh Nurul yaqin
[7] https://berangkathajiumroh.wordpress.com/2012/10/13/prestasi-ali-bin-abi-thalib/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar