BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Risalah
atau yang sering kita sebut dengan wahyu adalah pesan dari tuhan untuk umat
manusia yang di titipkan kepada utusan mulia-Nya yang kemudian di sampaikan
pada kaum-kaum mereka. Dalam penyampaiannya, tidaklah mudah bagi para utusan
(rasul) untuk membawakan risalah yang merupakan hal baru bagi suatu kaum.
Karena suatu risalah di turunkan untuk meluruskan ajaran tauhid dan mengindahkan
kehidupan manusia itu sendiri. Selama periode Nabi Adam a.s hingga Nabi
Muhammad SAW, Allah menurunkan 104 kitab kepada utusan-utusan-Nya. Dan yang
paling populer adalah Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dalam hal ini
Al-Qur’an di katakan sebagai penyempurna dari ajaran-ajaran utusan
sebelum-sebelumnya.
Makalah kelompok kami akan
membahas tentang tafsiran ayat yang berhubungan dengan risalah. Semoga dengan
adanya penjelasan tafsiran ayat tentang risalah bisa menambah wawasan dan
pengetahuan, dan tentunya keimanan kita.
2. Rumusan Masalah
a. Apa fungsi dan peran para nabi?
b. bagaimana penyempurnaan risalah nabi?
c. Apakah Nabi Muhammad adalah Nabi penutup risalah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Fungsi dan Peran Nabi
Pada surat Yasin
ayat 17 yang artinya :
” dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan
(perintah Allah)dengan jelas”
Salah satu peran
Nabi adalah membawakan risalah atau ajaran yang di wahyukan kepada-Nya. Namun
berbeda dengan Rasul, yang harus menyampaikan risalah tersebut untuk di ajarkan
pada kaumnya (umat). Fungsi nabi adalah sebagai berikut:
a. Mengajarkan ajaran tauhid
Seperti pada surat Al-Anbiya ayat 25:
“dan tidaklah kami me
dari mengutus sebelum engkau seorang rasul pun, melainkan
kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada suatu tuhan pun kecuali aku”
Ayat ini adalah
sambungan dari keterangan ayat sebelumnya, yakni bahwa perintah yang di
sampaikan pada ummat yang di datangi Nabi Muhammad dan peringatan yang di
sampaikan pada umat sebelumnya adalah satu. Tidak ada orang yang
mempersekutukan yang lain dengan Allah, yang sanggup mengemukakan suatu alasan
atau bukti, bahwa ada Nabi yang isinya
menyuruh mempersekutukan Allah. Ayat yang ke 25 ini memperjelaskan lagi,
bahwa tidak ada seorang pun rasul Allah yang membawa wahyu illahi selain dari
satu ajaran, yaitu: “tidak ada satu tuhan pun kecuali Aku.maka sembahlah olehmu
akan daku.”[1]
b. menyeru manusia untuk menyembah Allah
Allah
berfirman pada surat An-Nahl ayat 36
“dan
sungguh, kami telah mengutus seorang rasul umtuk setiap umat (untuk meyerukan),
sembahlah Allah dan jauhilah taghut (berhala), dan kemudian di antara mereka
ada yang di beri petujuk oleh Allahdan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang
mendustakan (rasul-rasul).”
Ayat ini
menjelaskan kumuman pengutusan para rasul kepaada seluruh umat. Dengan
demikian, sebagai ketentuan Allah di antara makhluk-Nya adalah adanya
pengutusan para rasul kepada mereka. Risalah-risalah mereka terdiri dari dakwah
untuk menyerukan penyembahan hanya kepada Allah dan larangan menyembah taghut,
yaitu setiap sesuatu yang disembah selain Allah. Seperti berhala, manusia,
binatang, setan, dan lainnya. Di antara umat manusia, ada yang beriman dan
mendapat petunjuk dari Allah kepada kebenaran serta taufiq untuk membenarkan
para rasul, maka mereka beruntung dengan selamat. Dan di antara mereka ada yang
ingkar kepada Allah dan mendustakan rasul-rasulnya, serta tersesat jalan, maka
Allah SWT menghukum mereka. Adapun yang mendapat petunjuk dari Allah, maka dia
memandang dengan pemahamannya dan meniti jalan kebaikan. Sedangkan yang di
tetapkan dalam kesesatan, yaitu kesesatan yang menngantarkan ke neraka tentunya
atau kepada adzab Allah di dunia, maka dia berpaling dari kebenaran, ingkar,
dan memilih jalan keburukan.
c. membawa rahmat
Pada surat Al-Anbiya’ ayat 107:
“dan tidaklah kami
utus engkau (muhammad)melinkan sebagai rahmat seluruh alam.”
Risalah
Muhammad dating kepada kemanusiaan setelah dia sampai pada zaman kedewasaan
akal. Dia dating sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan
demi turunan, generasi demi generasi. Dia mengandung pokok-pokok ajaran manusia
yang tidak berubah-ubah, bersedia menerima keperluan hidup yang selalu baru,
Yang di ketahui oleh pencipta manusia sendiri. Karena dia itu sangat halus. Dia
itu sangat teliti.
Kitab
yang di bawa oleh Muhammad ini telah meletakkan dasar yang tetap bagi hidup
kemanusiaan yang selalu berubah. Di beri kesempatan bagi manusia mempergunakan
ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu,
atau mengembalikan yang cabang kepada yang pokok, dengan tidak usah ada
pembenturan. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu, ialah
sebab syariat itu tidak membeku, hukum tumbuh karena menilik ilat atau sebab,
ada ilat ada hukum.
Rahmat
yang lebih penting lagi adalah dengan adanya kemerdekaan berpikir, sehingga
akal tidak takut akan maju. Di akui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu
mesti tepat, asal niat sejak dari permulaan berfikir tetap benar, yaitu
mendekati kebenaran.[2]
d. memberi peringatan dan petunjuk
firman Allah
surat Faathir ayat 23-24:
“engkau tidak lain
hanyalah pemberi peringatan. Sungguh kami mengutus engkau dengan membawa
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan
tidak ada satupun umat melainkan di sana telah dating seorang yang dating
memberi peringatan.”
e. Menjadi suri tauladan yang baik
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan
akhlak.” (HR. Ahmad)[3]
2. Kontinyunitas dan Penyempurnaan Risalah.
a. Kisah
Nabi Ibrahim A.S.
Kisah Nabi Ibrahim dengan Sang Ayahnya
Nabi Ibrahim dilahirkan di negeri Babil yang
terletak di Irak. Kaumnya menyembah berhala. Ayahnya seorang tukang kayu yang
memiliki profesi sebagai pematah patung-patung (berhala), menjualnya kepada
orang yang menyembah patung tersebut. Disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa
namanya adalah ‘Azar[4]. “Dan(
ingatlah) di waktu Ibrahim berkat kepada bapaknya, ‘Azar.” Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An’am: 74).
Karena ayat ini begitu jelas menyebutkan bahwa
nama ayahnya adalah ‘Azar. Allah Swt. telah menyinari pandangan Nabi Ibrahim
a.s. dan memberikan petunjukNya. Hingga beliau mengetahui bahwa semua patung
ini sama sekali tidak bisa mendengar suara panggilan, juga tidak bisa
mengabulkan doa, tidak bisa memberikan mudharat tidak juga bisa memberikan
manfaat. Patung-patung ini hanya sekedar batu koral dan bebatuan-bebatuan yang
ada di bumi ini. Begitu juga dengan kayu yang sama sekali tidak memiliki
keistimewaan dengan kayu yang lainnya. Ataupun pohon kurma yang tidak jauh
berbeda dengan jenis pepohonan yang lainnya. Benda-benda tersebut hanyalah
benda mati. “Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung itu yang
kamu pahat itu” (QS. Ash-Shaffat: 95).
Nabi Ibrahim mengetahui kerusakan akidah ayah
dan kaumnya. Allah menganugrahi beliau proses kenabian dan kebenaran. “Ceritakanlah
(Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia
seorang yang sangat membenarkan lagi seseorang Nabi.” (QS. Maryam: 41).
Nabi Ibrahim bangkit melaksanakan kewajiban
dakwahnya dan menyampaikan amanah risalahnya. Dimulai dari rumah sendiri dengan
mendakwahi ayahnya, ‘Azar, untuk beribadah keada Allah Swt. Dengan menggunakan
tatanan bahasa yang lembut menyentuh perasaan, membangunkan akal (yang
didakwahi) untuk melihat kebenaran, dan memberikan dalil-dalil akan rusaknya
mengikuti tradisi. Kisah dialog beliau ini disebutkan di dalam Al-Qur’an dalam
suarat (QS. Maryam: 41-48).[5]
b. kitab
taurat
pada
surat Al mukminun ayat 49 :
“dan sungguh telah
kami berikan anugerahkan kepada musa kitab (taurat), agar merekan (bani israil)
mendpat petunjuk”.
Pada
surat Al Maidah ayat 44 :
“sungguh, kami yang telah menurunkan kitab taurat didalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri
kepada ALLAH memberi keputusan atas perkara orang yahudi, demikian juga para
ulama dan pendeta- pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab ALLAH dan mereka menjadi saksi terhadapnya.karena itu jangan kamu
takut terhadap manusia, (tetapi) takutlah kepdaKU. Dan janganlah kamu jual
ayat-ayatKU dengan harga murah. Barang siapa yang tidak memutuskan engan apa
yang diturunkan ALLAH, maka mereka ituah orang-orang kafir.”
Kata taurat berasal dari bahasa Ibrani,
yaitu "thora" yang berarti instruksi. Kitab Taurat adalah salah satu
diantara kitab-kitab Allah. Kitab suci ini diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi
Musa as. Nabi Musa as. menerima Kitab Taurat untuk menjadi petunjuk dan bimbingan
baginya beserta Bani Israil
Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen, yaitu Thora,
Nabin, dan Khetubin yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut
Biblia (al-Kitab), yang belakangan oleh orang-orang Kristen disebut Old
Testament (Perjanjian Lama). Isi pokok Kitab Taurat dikenal dengan Sepuluh
Hukum (Ten Commandements) atau berarti juga Sepuluh Firman yang diterima Nabi
Musa as. di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai). Sepuluh Hukum tersebut berisi
azas-azas keyakinan (aqidah) dan asas-asas kebaktian (syari'ah) sebagai berikut
:
1. Hormati dan cintai Allah satu saja,
2. Sebutkan nama
Allah dengan hormat,
3. Kuduskan hari
Tuhan (hari ke-7 atau hari Sabtu),
4. Hormati ibu
bapakmu,
5. Jangan membunuh,
6. Jangan berbuat
cabul,
7. Jangan mencuri,
8. Jangan berdusta,
9. Jangan ingin
berbuat cabul,
10. Jangan ingin
memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.
c. Kitab
Zabur
pada surat Al Isra’ ayat 55 :
“dan tuhanmu lebih mengetahui iapa yang dilangit
dan dibumi. Dan sungguh kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian
Nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan kami berikan zabur kepada Dawud”
Kitab-Kitab
Allah Swt.dan Para Penerimanya Kitab Zabur Kata zabur (bentuk jamaknya zubur)
berasal dari zabara-yazburu-zabr yang artinya menulis. Makna aslinya adalah
kitab yang tertulis. Zabur dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmur
(jamaknya mazamir), dan dalam bahasa Ibrani disebut mizmar, yakni nyanyian
rohani yang dianggap suci. Sebagian ulama menyebutnya Mazmur, yaitu salah satu
kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an (selain Taurat dan Injil). Dalam
bahasa Ibrani, istilah zabur berasal dari kata zimra, yang berarti “lagu atau
musik”, zamir (lagu) dan mizmor (mazmur), merupakan pengembangan dari kata
zamar yang berarti “nyanyi, nyanyian pujian”. Zabur adalah kitab suci yang
diturunkan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil melalui utusan-Nya, yaitu Nabi
Daud as. Pada Surat al-Anbiya 105 : “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam
Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai
hamba-hambaKu yang saleh.”
Kitab Zabur yang merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah
ini mengandung kumpulan ayat-ayat yang dianggap suci. Terdapat 150 surah dalam
Kitab Zabur yang tidak mengandung hukum-hukum, tetapi hanya berisi
nasihat-nasihat, pujian, hikmah, dan sanjungan kepada Allah Swt. Secara garis besar,
nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud as. dalam Kitab Zabur
terdiri atas lima macam:
1. nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi),
2. nyanyian
perorangan sebagai ucapan syukur,
3. ratapan-ratapan jamaah,
4. ratapan dan doa
individu, dan
5. nyanyian untuk
raja.
Nyanyian
pujian dalam Kitab Zabur (Mazmur: 146) antara lain: Besarkanlah olehmu akan
Tuhan hai jiwaku, pujilah Tuhan. Maka aku akan memuji Tuhan. seumur hidupku,
dan aku akan nyanyikan pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada. Janganlah
kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai
pertolongan. Maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan
pada hari itu hilanglah segala daya upayanya. Maka berbahagialah orang yang
memperoleh Ya’qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harap kepada Tuhan. Yang
menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan yang menaruh setia
sampai selamanya. Yang membela orang yang teraniaya dan memberi makan orang
yang lapar. Bahwa Tuhan membuka rantai orang yang terpenjara.
d. Kitab
Injil
pada surat Maryam Ayat 30 :
“dia (isa a.s) berkata, sesungguhnya aku hamba
Allah, dia memberiku kitab (injil) dan ia menjadikan aku seorang Nabi ”
Kitab Injil diturunkan oleh Allah Swt.
kepada Nabi Isa as. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang
benar dan nyata, yaitu perintah-perintah Allah Swt. agar manusia
meng-esa-kan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Di dalam
Kitab Injil ada pula penjelasan bahwa di akhir zaman akan lahir nabi yang terakhir
dan penutup para nabi dan rasul, yang bernama Ahmad atau Muhammad saw. Kitab-Kitab
Allah Swt. dan Para Penerimanya Kitab Injil Kitab Injil yang merupakan salah
satu dari kitab-kitab Allah ini disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Isa as.
sebagai petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia. Kitab Injil sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Isa as. untuk mengajarkan tauhid kepada
umatnya atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya meng-esa-kan Allah dan tidak
menyekutukan-Nya. Hanya saja Injil pun memiliki nasib yang sama dengan Taurat ,
yakni sudah mengalami perubahan dan penggantian yang dilakukan oleh tangan
manusia.
e. Kitab al-Qur’an
Surah
Ali Imran ayat 3 berbunyi: Artinya: ”Dia menurunkan Al kitab (Al Qur’an)
kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya
dan menurunkan Taurat dan Injil.” Kitab suci Al Qur’an diturunkan oleh Allah
swt. untuk menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Firman Allah swt.
dalam Surah al-Furqon ayat 1 berikut ini: Artinya: ”Maha suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam.”
Al-Qur’an
yang merupakan Kitab terakhir dari kitab-kitab Allah ini diturunkan Allah Swt.
kepada Nabi terakhir, Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an
diturunkan tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur. Waktu turun
al-Qur’an selama kurang lebih 23 tahun, tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan
325.345 huruf. Kitab-Kitab Allah Swt. dan Para Penerimanya Al-Qur’an Wahyu
pertama adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun
610 M. di Gua Hira, kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang ber-khalwat.
Dengan diterimanya wahyu pertama ini, Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai
Rasul, yaitu manusia pilihan Allah Swt. yang diberi wahyu untuk disampaikan
kepada umatnya. Mulai saat itu, Rasulullah saw. diberi tugas oleh Allah Swt.
untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia di muka bumi. Kitab
suci Al Qur’an diturunkan Allah swt. sebagai penyempurna dan membenarkan
kitab-kitab sebelumnya.[6]
3. Nabi Muhammad Sebagai Penutup Risalah
Firman Allah surat Al-Maidah ayat 3:
“telah ku sempurnakan
agamamu dan telah ku sempurnakan kepadamu nikmatku, dank u ridloi islam sebagai
agama.”
Artinya
bahwa Allah telah meridloi islam untuk kamu sekalian. Dan menurunkannya kepada
rasul yang mulia, dan menjadikan kitabnya sebagai kitab yan mulia pula
(sempurna).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tugas dan fugsi para nabi intinya adalah menyampaikan perkara yang hak
dan batil, yang haram dan halal. Tetang beberapa kitab Allah, itu di turunkan
sesuai kondisi umat pada waktu itu. Sehinga menjadikan Al-Qur’an sebagai
penyempurna dari kitab-kitab terdahulu. Dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai
penutup risalah tuhan.
Demikian
makalah kami, semoga bisa sedikit menambah wawasan para pembaca. Dan kami mohon
maaf atas segala keterbatasan kami pada makalah kali ini.
Daftar Pustaka
Az-Zain, Muhamad Basam Rusydi . 2007. Sekolah Para
Nabi, jilid 2 dan 3.
Yogyakarta: pustaka marwa .
Az-Zuhaili Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta: gema insani.
Juzu Hamka. tanpa tahun. Tafsir Al-azhar. Jakarta: pustaka panjimas.
Shihab M. Quraish. 2011 Membaca Sirah Nabi Muhammad
dalam sorotan Al-qur’an dan Hadits-hadits Shahih. Tangerang: Lentera Hati.
[1]
Wahbah Az-zuhaili,at-tafsir al-wasith,Jakarta gema insani,2013. Hal.577
[2]
Hamka, tafsir Al-Azhar juz 17,Jakarta, pustaka panjimas,hal.122
[4]
Penulis benar-benar heran ketika membaca beberapa kitab tafsir yang menyebutkan
perselisihan ulama tafsir mengenai nama ayah Nabi Ibrahim a.s. sebagian mereka
ada yang berpendapat namanya adalah: tareh dengan mengambil taurat
sebagai sanad (sandaran)nya.
[5]
Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi Membuka Pintu Kehadirsn
Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007). Hal. 106-107.
[6] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar