Sabtu, 24 Oktober 2015

tafsir ayat Al-Qur'an tentang risalah



BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
          Risalah atau yang sering kita sebut dengan wahyu adalah pesan dari tuhan untuk umat manusia yang di titipkan kepada utusan mulia-Nya yang kemudian di sampaikan pada kaum-kaum mereka. Dalam penyampaiannya, tidaklah mudah bagi para utusan (rasul) untuk membawakan risalah yang merupakan hal baru bagi suatu kaum. Karena suatu risalah di turunkan untuk meluruskan ajaran tauhid dan mengindahkan kehidupan manusia itu sendiri. Selama periode Nabi Adam a.s hingga Nabi Muhammad SAW, Allah menurunkan 104 kitab kepada utusan-utusan-Nya. Dan yang paling populer adalah Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dalam hal ini Al-Qur’an di katakan sebagai penyempurna dari ajaran-ajaran utusan sebelum-sebelumnya.
          Makalah kelompok kami akan membahas tentang tafsiran ayat yang berhubungan dengan risalah. Semoga dengan adanya penjelasan tafsiran ayat tentang risalah bisa menambah wawasan dan pengetahuan, dan tentunya keimanan kita.
2. Rumusan Masalah
a. Apa fungsi dan peran para nabi?
b. bagaimana penyempurnaan risalah nabi?
c. Apakah Nabi Muhammad adalah Nabi penutup risalah?


















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Fungsi dan Peran Nabi
Pada surat Yasin ayat 17 yang artinya : 
” dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah)dengan jelas”
Salah satu peran Nabi adalah membawakan risalah atau ajaran yang di wahyukan kepada-Nya. Namun berbeda dengan Rasul, yang harus menyampaikan risalah tersebut untuk di ajarkan pada kaumnya (umat). Fungsi nabi adalah sebagai berikut:
a.       Mengajarkan ajaran tauhid
Seperti pada surat Al-Anbiya ayat 25:
“dan tidaklah kami me dari mengutus sebelum engkau seorang rasul pun, melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada suatu tuhan pun kecuali aku”
Ayat ini adalah sambungan dari keterangan ayat sebelumnya, yakni bahwa perintah yang di sampaikan pada ummat yang di datangi Nabi Muhammad dan peringatan yang di sampaikan pada umat sebelumnya adalah satu. Tidak ada orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah, yang sanggup mengemukakan suatu alasan atau bukti, bahwa ada Nabi yang isinya  menyuruh mempersekutukan Allah. Ayat yang ke 25 ini memperjelaskan lagi, bahwa tidak ada seorang pun rasul Allah yang membawa wahyu illahi selain dari satu ajaran, yaitu: “tidak ada satu tuhan pun kecuali Aku.maka sembahlah olehmu akan daku.”[1]
b. menyeru manusia untuk menyembah Allah
Allah berfirman pada surat An-Nahl ayat 36
“dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul umtuk setiap umat (untuk meyerukan), sembahlah Allah dan jauhilah taghut (berhala), dan kemudian di antara mereka ada yang di beri petujuk oleh Allahdan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
Ayat ini menjelaskan kumuman pengutusan para rasul kepaada seluruh umat. Dengan demikian, sebagai ketentuan Allah di antara makhluk-Nya adalah adanya pengutusan para rasul kepada mereka. Risalah-risalah mereka terdiri dari dakwah untuk menyerukan penyembahan hanya kepada Allah dan larangan menyembah taghut, yaitu setiap sesuatu yang disembah selain Allah. Seperti berhala, manusia, binatang, setan, dan lainnya. Di antara umat manusia, ada yang beriman dan mendapat petunjuk dari Allah kepada kebenaran serta taufiq untuk membenarkan para rasul, maka mereka beruntung dengan selamat. Dan di antara mereka ada yang ingkar kepada Allah dan mendustakan rasul-rasulnya, serta tersesat jalan, maka Allah SWT menghukum mereka. Adapun yang mendapat petunjuk dari Allah, maka dia memandang dengan pemahamannya dan meniti jalan kebaikan. Sedangkan yang di tetapkan dalam kesesatan, yaitu kesesatan yang menngantarkan ke neraka tentunya atau kepada adzab Allah di dunia, maka dia berpaling dari kebenaran, ingkar, dan memilih jalan keburukan.
c. membawa rahmat
Pada surat Al-Anbiya’ ayat 107:
         “dan tidaklah kami utus engkau (muhammad)melinkan sebagai rahmat seluruh alam.”
         Risalah Muhammad dating kepada kemanusiaan setelah dia sampai pada zaman kedewasaan akal. Dia dating sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan demi turunan, generasi demi generasi. Dia mengandung pokok-pokok ajaran manusia yang tidak berubah-ubah, bersedia menerima keperluan hidup yang selalu baru, Yang di ketahui oleh pencipta manusia sendiri. Karena dia itu sangat halus. Dia itu sangat teliti.
         Kitab yang di bawa oleh Muhammad ini telah meletakkan dasar yang tetap bagi hidup kemanusiaan yang selalu berubah. Di beri kesempatan bagi manusia mempergunakan ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu, atau mengembalikan yang cabang kepada yang pokok, dengan tidak usah ada pembenturan. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu, ialah sebab syariat itu tidak membeku, hukum tumbuh karena menilik ilat atau sebab, ada ilat ada hukum.
         Rahmat yang lebih penting lagi adalah dengan adanya kemerdekaan berpikir, sehingga akal tidak takut akan maju. Di akui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu mesti tepat, asal niat sejak dari permulaan berfikir tetap benar, yaitu mendekati kebenaran.[2]
d. memberi peringatan dan petunjuk
firman Allah surat Faathir ayat 23-24:
         “engkau tidak lain hanyalah pemberi peringatan. Sungguh kami mengutus engkau dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada satupun umat melainkan di sana telah dating seorang yang dating memberi peringatan.”
e. Menjadi suri tauladan yang baik
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad)[3]
2. Kontinyunitas dan Penyempurnaan Risalah.
a. Kisah Nabi Ibrahim A.S.
Kisah Nabi Ibrahim dengan Sang Ayahnya
Nabi Ibrahim dilahirkan di negeri Babil yang terletak di Irak. Kaumnya menyembah berhala. Ayahnya seorang tukang kayu yang memiliki profesi sebagai pematah patung-patung (berhala), menjualnya kepada orang yang menyembah patung tersebut. Disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa namanya adalah ‘Azar[4]. “Dan( ingatlah) di waktu Ibrahim berkat kepada bapaknya, ‘Azar.” Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-An’am: 74).
Karena ayat ini begitu jelas menyebutkan bahwa nama ayahnya adalah ‘Azar. Allah Swt. telah menyinari pandangan Nabi Ibrahim a.s. dan memberikan petunjukNya. Hingga beliau mengetahui bahwa semua patung ini sama sekali tidak bisa mendengar suara panggilan, juga tidak bisa mengabulkan doa, tidak bisa memberikan mudharat tidak juga bisa memberikan manfaat. Patung-patung ini hanya sekedar batu koral dan bebatuan-bebatuan yang ada di bumi ini. Begitu juga dengan kayu yang sama sekali tidak memiliki keistimewaan dengan kayu yang lainnya. Ataupun pohon kurma yang tidak jauh berbeda dengan jenis pepohonan yang lainnya. Benda-benda tersebut hanyalah benda mati. “Ibrahim berkata: “Apakah kamu menyembah patung-patung itu yang kamu pahat itu” (QS. Ash-Shaffat: 95).
Nabi Ibrahim mengetahui kerusakan akidah ayah dan kaumnya. Allah menganugrahi beliau proses kenabian dan kebenaran. “Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia seorang yang sangat membenarkan lagi seseorang Nabi.” (QS. Maryam: 41).
Nabi Ibrahim bangkit melaksanakan kewajiban dakwahnya dan menyampaikan amanah risalahnya. Dimulai dari rumah sendiri dengan mendakwahi ayahnya, ‘Azar, untuk beribadah keada Allah Swt. Dengan menggunakan tatanan bahasa yang lembut menyentuh perasaan, membangunkan akal (yang didakwahi) untuk melihat kebenaran, dan memberikan dalil-dalil akan rusaknya mengikuti tradisi. Kisah dialog beliau ini disebutkan di dalam Al-Qur’an dalam suarat (QS. Maryam: 41-48).[5]

b. kitab taurat
                     pada surat Al mukminun ayat 49 :
“dan sungguh telah kami berikan anugerahkan kepada musa kitab (taurat), agar merekan (bani israil) mendpat petunjuk”.
Pada surat Al Maidah ayat 44 :
“sungguh, kami yang telah menurunkan kitab taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada ALLAH memberi keputusan atas perkara orang yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta- pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab ALLAH dan mereka menjadi saksi terhadapnya.karena itu jangan kamu takut terhadap manusia, (tetapi) takutlah kepdaKU. Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKU dengan harga murah. Barang siapa yang tidak memutuskan engan apa yang diturunkan ALLAH, maka mereka ituah orang-orang kafir.”
Kata taurat berasal dari bahasa Ibrani, yaitu "thora" yang berarti instruksi. Kitab Taurat adalah salah satu diantara kitab-kitab Allah. Kitab suci ini diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Musa as. Nabi Musa as. menerima Kitab Taurat untuk menjadi petunjuk dan bimbingan baginya beserta Bani Israil
Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen, yaitu Thora, Nabin, dan Khetubin yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (al-Kitab), yang belakangan oleh orang-orang Kristen disebut Old Testament (Perjanjian Lama). Isi pokok Kitab Taurat dikenal dengan Sepuluh Hukum (Ten Commandements) atau berarti juga Sepuluh Firman yang diterima Nabi Musa as. di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai). Sepuluh Hukum tersebut berisi azas-azas keyakinan (aqidah) dan asas-asas kebaktian (syari'ah) sebagai berikut :
1.  Hormati dan cintai Allah satu saja,
2. Sebutkan nama Allah dengan hormat,
3. Kuduskan hari Tuhan (hari ke-7 atau hari Sabtu),
4. Hormati ibu bapakmu,
5. Jangan membunuh,
6. Jangan berbuat cabul,
7. Jangan mencuri,
8. Jangan berdusta,
9. Jangan ingin berbuat cabul,
10. Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.

c. Kitab Zabur
            pada surat Al Isra’ ayat 55 :
“dan tuhanmu lebih mengetahui iapa yang dilangit dan dibumi. Dan sungguh kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian Nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan kami berikan zabur kepada Dawud”
Kitab-Kitab Allah Swt.dan Para Penerimanya Kitab Zabur Kata zabur (bentuk jamaknya zubur) berasal dari zabara-yazburu-zabr yang artinya menulis. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmur (jamaknya mazamir), dan dalam bahasa Ibrani disebut mizmar, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci. Sebagian ulama menyebutnya Mazmur, yaitu salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an (selain Taurat dan Injil). Dalam bahasa Ibrani, istilah zabur berasal dari kata zimra, yang berarti “lagu atau musik”, zamir (lagu) dan mizmor (mazmur), merupakan pengembangan dari kata zamar yang berarti “nyanyi, nyanyian pujian”. Zabur adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil melalui utusan-Nya, yaitu Nabi Daud as. Pada Surat al-Anbiya 105 : “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
Kitab Zabur yang merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah ini mengandung kumpulan ayat-ayat yang dianggap suci. Terdapat 150 surah dalam Kitab Zabur yang tidak mengandung hukum-hukum, tetapi hanya berisi nasihat-nasihat, pujian, hikmah, dan sanjungan kepada Allah Swt. Secara garis besar, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud as. dalam Kitab Zabur terdiri atas lima macam:
 1. nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi),
2. nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur,
 3. ratapan-ratapan jamaah,
4. ratapan dan doa individu, dan
5. nyanyian untuk raja.
Nyanyian pujian dalam Kitab Zabur (Mazmur: 146) antara lain: Besarkanlah olehmu akan Tuhan hai jiwaku, pujilah Tuhan. Maka aku akan memuji Tuhan. seumur hidupku, dan aku akan nyanyikan pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada. Janganlah kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan. Maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada hari itu hilanglah segala daya upayanya. Maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya’qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harap kepada Tuhan. Yang menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan yang menaruh setia sampai selamanya. Yang membela orang yang teraniaya dan memberi makan orang yang lapar. Bahwa Tuhan membuka rantai orang yang terpenjara.

d. Kitab Injil
            pada surat Maryam Ayat 30 :
“dia (isa a.s) berkata, sesungguhnya aku hamba Allah, dia memberiku kitab (injil) dan ia menjadikan aku seorang Nabi ”
Kitab Injil diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Isa as. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata, yaitu perintah-perintah Allah Swt. agar manusia meng-esa-kan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Di dalam Kitab Injil ada pula penjelasan bahwa di akhir zaman akan lahir nabi yang terakhir dan penutup para nabi dan rasul, yang bernama Ahmad atau Muhammad saw. Kitab-Kitab Allah Swt. dan Para Penerimanya Kitab Injil Kitab Injil yang merupakan salah satu dari kitab-kitab Allah ini disampaikan Allah Swt. kepada Nabi Isa as. sebagai petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia. Kitab Injil sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Isa as. untuk mengajarkan tauhid kepada umatnya atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya meng-esa-kan Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Hanya saja Injil pun memiliki nasib yang sama dengan Taurat , yakni sudah mengalami perubahan dan penggantian yang dilakukan oleh tangan manusia.


e. Kitab al-Qur’an
            Surah Ali Imran ayat 3 berbunyi: Artinya: ”Dia menurunkan Al kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” Kitab suci Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt. untuk menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Firman Allah swt. dalam Surah al-Furqon ayat 1 berikut ini: Artinya: ”Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
Al-Qur’an yang merupakan Kitab terakhir dari kitab-kitab Allah ini diturunkan Allah Swt. kepada Nabi terakhir, Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur. Waktu turun al-Qur’an selama kurang lebih 23 tahun, tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Kitab-Kitab Allah Swt. dan Para Penerimanya Al-Qur’an Wahyu pertama adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M. di Gua Hira, kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang ber-khalwat. Dengan diterimanya wahyu pertama ini, Nabi Muhammad saw. diangkat sebagai Rasul, yaitu manusia pilihan Allah Swt. yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Mulai saat itu, Rasulullah saw. diberi tugas oleh Allah Swt. untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia di muka bumi. Kitab suci Al Qur’an diturunkan Allah swt. sebagai penyempurna dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya.[6]
3. Nabi Muhammad Sebagai Penutup Risalah
Firman Allah surat Al-Maidah ayat 3:
“telah ku sempurnakan agamamu dan telah ku sempurnakan kepadamu nikmatku, dank u ridloi islam sebagai agama.”
            Artinya bahwa Allah telah meridloi islam untuk kamu sekalian. Dan menurunkannya kepada rasul yang mulia, dan menjadikan kitabnya sebagai kitab yan mulia pula (sempurna).


BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
 Tugas dan fugsi para nabi intinya adalah menyampaikan perkara yang hak dan batil, yang haram dan halal. Tetang beberapa kitab Allah, itu di turunkan sesuai kondisi umat pada waktu itu. Sehinga menjadikan Al-Qur’an sebagai penyempurna dari kitab-kitab terdahulu. Dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai penutup risalah tuhan.
Demikian makalah kami, semoga bisa sedikit menambah wawasan para pembaca. Dan kami mohon maaf atas segala keterbatasan kami pada makalah kali ini.




















Daftar Pustaka
Az-Zain, Muhamad Basam Rusydi . 2007. Sekolah Para Nabi, jilid 2 dan 3. Yogyakarta: pustaka marwa .
Az-Zuhaili Wahbah. 2013. Tafsir Al-Wasith. Jakarta: gema insani.
Juzu Hamka. tanpa tahun. Tafsir Al-azhar. Jakarta: pustaka panjimas.
Shihab M. Quraish. 2011 Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam sorotan Al-qur’an dan Hadits-hadits Shahih. Tangerang: Lentera Hati.


[1] Wahbah Az-zuhaili,at-tafsir al-wasith,Jakarta gema insani,2013. Hal.577
[2] Hamka, tafsir Al-Azhar juz 17,Jakarta, pustaka panjimas,hal.122
[4] Penulis benar-benar heran ketika membaca beberapa kitab tafsir yang menyebutkan perselisihan ulama tafsir mengenai nama ayah Nabi Ibrahim a.s. sebagian mereka ada yang berpendapat namanya adalah: tareh dengan mengambil taurat sebagai sanad (sandaran)nya.
[5] Muhammad Basam Rusydi Az-Zain, Sekolah Para Nabi Membuka Pintu Kehadirsn Ilahi, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007). Hal. 106-107.
[6] ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar