Jumat, 15 Juli 2016

jean meeus



Metode Perhitungan Awal Bulan Qamariyah Menurut Jean Meeus
Makalah
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hisab Awal Bulan Qamariyah
Dosen Pengampu: Dr. KH. Ahmad Izzudin M,Ag
Logo_uin_walisongo.png

Disusun Oleh:
Abu Hasan Tamim                1402046039
Khotibul Umam                    1402046045

JURUSAN ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Secara bahasa kata hisab bermakna perhitungan, dan ilmu hisab juga di pahami oleh banyak orang sebagai ilmu hitung yang menghitung gerak benda-benda langit. Ilmu ini sangat dekat kaitannya dengan ilmu astronomi, namun ilmu hisab hanya mengambil sedikit bagian dari ilmu astronomi seperti mempelajari gerak matahari, bulan, bumi dan planet-planet lainnya di dalam tata surya (solar system). Dengan mempelajari ilmu hisab, kita dapat mengetahui arah kiblat, waktu sholat, serta mengetahui posisi matahari, bulan dan lainnya. Dan dengan ilmu hisab ini juga kita dapat menghitung awal bulan hijriyah.
Dalam ilmu hisab, banyak tokoh yang mengembangkan ilmu ini. Dan pada pembahasan makalah kali ini akan menjelaskan metode yang di gunakan jean meeus. Yaitu Seorang astronom Belgia yang mengkhususkan diri dalam mekanika langit, matematika dan astronomi bolaJean Meeus belajar matematika di University of Leuven di Belgia, di mana ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1953. Sampai pensiun tahun 1993, ia adalah seorang ahli meteorologi di Brussels Airport. Pada tahun 1986 Jean Meeus memenangkan Amatir Achievement Award dari Astronomical Society of the PacificJean Meeus merupakan anggota Astronomical Society of France (SAF) sejak tahun 1948, ia menerima Medali dari 60 tahun pada tahun 2008. Dia telah menerbitkan lebih dari seratus artikel dalam jurnal Astronomi diterbitkan oleh SAF. Dia adalah editor dari Almanak diterbitkan oleh perusahaan selama 25 tahun .Salah satu temuannya adalah Astedroid 2213 Meeus, nama tersebut diambil dari namanya sendiri, dan sampai akhir hayatnya beliau mengabdikan diri sebagai seorang meteorologist di Airport Brussels (1953-1993). Dari metode jean meeus ini, di antaranya kita dapat menentukan ijtimak, umur hilal.[1]

B.      Rumusan Masalah
1.       Seperti apakah sistem hisab yang di pakai jean meeus?
2.       Bagaimana contoh perhitungan dari jean meeus?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sistem Hisab Astronomical Algorithms Jean Meeus

1.      Tinjauan Umum Astronomical Algorithms Jean Meeus

Algortima Meeus digunakan untuk menghitung posisi Bulan, Matahari, Planet-Planet anggota tata surya dan bintang lainnya apabila diketahui epoch atau tanggal yang akan dicari posisinya dengan persamaanpersamaan yang melibatkan banyak suku koreksi. Algoritma Meeus sebenarnya merupakan reduksi dari algortima VSOP87 yang lengkap. Dari ribuan suku koreksi dalam algoritma VSOP87 untuk menentukan posisi Matahari (bujur ekliptika, lintang ekliptika, dan jarak Bumi-Matahari), maka yang diperhitungkan adalah sekitar ratusan suku-suku yang besar dan penting dalam algoritma Meeus ini. Adapun suku-suku lainnya yang kecilkecil tidak ikut diperhitungkan (Rinto Anugraha, 2012:68).[2]

2. Metode perhitungan

Adapun langkah-langkah dalam menghitung awal bulan kamariah menggunakan algotirma Jean Meeus adalah sebagai berikut:[3]

a.       Menentukan Waktu Maghrib dan Umur Hilal

Setelah mengetahui kapan terjadi ijtimak, maka selanjutnya adalah mencari waktu maghrib. Waktu maghrib dihitung dua kali, yakni mencari perkiraan waktu maghrib dan waktu maghrib hakiki. Parameter yang harus diketahui terlebih dahulu adalah lintang tempat, bujur tempat, bujur daerah, ketinggian tempat dan Julian Date pada pukul 12 waktu lokal. Julian Date pukul 12 waktu lokal dicari dengan rumus berikut:

JD 12 LT = INT(JD ijtimak + 0,5) – (λ daerah ÷ 360)

Keterangan:
JD 12 LT  = Julian Date pada jam 12 waktu lokal
JD ijtimak = Julian Date pada Ijtimak
Λ daerah     = Bujur daerah (WIB=1050, WITA=1200, WIT=1350)
Julian Date pada pukul 12 waktu lokal digunakan untuk menghitung equation of time, deklinasi Matahari, sudut waktu dan perkiraan waktu maghrib. Untuk menghitung equation of time dan deklinasi Matahari, terlebih dahulu mencari Bilangan Abad Julian (T),
T = (JD12 LT – 2451545) ÷ 36525

Sudut Tahun (U) dan Bujur Rata-rata Matahari (L0) dengan rumus sebagai berikut (Meeus, 1991: 151).

U = 2π T × 100
L = 280,46607° + 36000,7698 × U

Selanjutnya menghitung deklinasi Matahari dan equation of time dengan rumus berikut:

δ = 0,37877° + 23,264° sin(57,297×T – 79,547) + 0,3812° sin(2×57,297×T – 82,682) + 0,17132° sin(3×57,297×T – 59,722)
e = – (1789 + 237 U) sinL – (7146 – 62 U) cosL + (9934 –14 U) sin 2 L – (29 + 5 U) cos 2 L + (74 + 10 U) sin 3 L + (320 – 4 U) cos 3 L – 212 sin 4 L
Di mana:
T = bilangan abad Julian
U = sudut tahun
L = Bujur rata-rata Matahari
δʘ = deklinasi matahari
e = equation of time
Sebelum menghitung sudut waktu maghrib, terlebih dahulu mencari ketinggian matahari saat terbenam dibawah ufuk yaitu:
hʘ Maghrib = – (1,73′ √H + 50′)
Di mana: hʘ Maghrib = tinggi matahari saat terbenam
   H = ketinggian tempat (meter)
Nilai 50 menit busur diperoleh dari penjumlahan Semi Diameter rata-rata Matahari sebesar 16 menit busur dengan refraksi pada ketinggian 0 derajat sebesar 34 menit busur.
Adapun t (sudut waktu) dihitung dengan menggunakan rumus:

Cos tʘ = sin hʘ : (cos φ x cos δʘ ) – (tan φ x tan δʘ )
Dimana:
tʘ = sudut waktu
hʘ = tinggi Matahari
φ = lintang pengamat
δʘ = deklinasi Matahari
Setelah diketahui besarnya sudut waktu, maka perkiraan waktu maghrib dapat dihitung dengan rumus berikut:

Maghrib = 12 + (tʘ ÷ 15) – (e ÷ 60) – [(λ tempat – λ daerah) ÷ 15]

Selanjutnya membandingkan antara perkiraan waktu maghrib dan ijtimak menggunakan parameter umur hilal yang merupakan waktu maghrib dikurangi dengan ijtimak. Jika umur hilal positif (ijtimak terjadi sebelum maghrib), maka dapat dilanjutkan dengan mencari maghrib hakiki dengan mengulang perhitungan seperti ketika menghitung perkiraan waktu maghrib namun dengan sedikit perubahan parameter. Jika pada perhitungan perkiraan waktu maghrib, menggunakan Julian Date jam 12 waktu lokal, pada perhitungan maghrib hakiki menggunakan Julian Date ketika Maghrib seperti yang ditunjukkan oleh rumus berikut.

JDMaghrib = JD12 LT – 0,5 + (tʘ ÷ 15)
         T = (JDMaghrib – 2451545) ÷ 36525

Jika umur hilal negatif (ijtimak terjadi setelah maghrib), maka Julian Date pada jam 12 waktu lokal dapat ditambah dengan 1 yang menandakan bahwa perhitungan waktu maghrib dilakukan untuk esok harinya. Kemudian dilakukan iterasi kembali sampai didapat waktu maghrib hakiki.


B.      Contoh Perhitungan
Berikut ini adalah data awal bulan qamariyah dengan metode jean meeus menghitung ijtimak awal Ramadhan 1437 H. :
Markaz: Menara Al-Husna MAJT Semarang
Lintang : 6°59′04,42” Selatan
Bujur : 110°2947,72″ Timur
Tinggi Tempat :  95 meter.
Zona waktu : +7
Ijtima’ awal bulan Ramadhan 1437 H. terjadi pada tanggal 5 Juni 2016 M. pukul 02:59:34 WIB.
Deklinasi Matahari (belum terkoreksi) = 22,5923696
Equation of time (belum terkoreksi) = 1,455530749
T0’ (belum terkoreksi) = 88,20297962
Maghrib (belum terkoreksi) = 17:45:08 WIB.
Deklinasi Matahari (terkoreksi) = 22,61789525
Equation of time (terkoreksi) = 1,412594704
T0’ (terkoreksi) = 88,19950211
Maghrib (terkoreksi) = 17:45:09 WIB.
Umur Hilal = 14:45:35 WIB.



BAB III
PENUTUP
1.       Kesimpulan
Perhitungan yang di lakukan jean meeus menggunakan lebih banyak suku dalam rumus-rumusnya dibanding dengan rumus yang dilakukan oleh astronom-astronom lain. Dan karena banyaknya suku pada rumus meeus, rumus meeus menjadi rumus yang paling akurat dan mendapat penghargaan Amatir Achievement Award dari Astronomical Society of the Pacific. Dan telah menerima lebih dari 60 medali pada tahun 2008.
Jadi menurut metode yang digunakan jean meeus, awal bulan ramadhan tahun 1437 H jatuh pada tanggal 5 juni 2016 M. Dengan data berikut:
Markaz: Menara Al-Husna MAJT Semarang
Lintang : 6°59′04,42” Selatan
Bujur : 110°2947,72″ Timur
Tinggi Tempat :  95 meter.
Zona waktu : +7
Ijtima’ awal bulan Ramadhan 1437 H. terjadi pada tanggal 5 Juni 2016 M. pukul 02:59:34 WIB.
Deklinasi Matahari (belum terkoreksi) = 22,5923696
Equation of time (belum terkoreksi) = 1,455530749
T0’ (belum terkoreksi) = 88,20297962
Maghrib (belum terkoreksi) = 17:45:08 WIB.
Deklinasi Matahari (terkoreksi) = 22,61789525
Equation of time (terkoreksi) = 1,412594704
T0’ (terkoreksi) = 88,19950211
Maghrib (terkoreksi) = 17:45:09 WIB.
Umur Hilal = 14:45:35 WIB.









[1] Ing Rinto Anugraha, , mekanika benda langit,jurusan fisika fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, Jogja, 2012,hal.103

[2]Imah  Musfiroh,,Studi Komparatif Sistem Hisab Almanak Nautika dan Astronomical Algorithms Jean Meeus,Tesis,Semarang,2014,hal.65
[3] Ibid,hal.71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar