Makalah
Dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hisab Awal Bulan
Qamariyah
Dosen
Pengampu: Dr. KH. Ahmad Izzudin M,Ag

Disusun
Oleh:
Abu Hasan Tamim 1402046039
Khotibul Umam 1402046045
JURUSAN ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
WALISONGO SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara
bahasa kata hisab bermakna perhitungan, dan ilmu hisab juga di pahami
oleh banyak orang sebagai ilmu hitung yang menghitung gerak benda-benda langit.
Ilmu ini sangat dekat kaitannya dengan ilmu astronomi, namun ilmu hisab hanya
mengambil sedikit bagian dari ilmu astronomi seperti mempelajari gerak
matahari, bulan, bumi dan planet-planet lainnya di dalam tata surya (solar
system). Dengan mempelajari ilmu hisab, kita dapat mengetahui arah kiblat,
waktu sholat, serta mengetahui posisi matahari, bulan dan lainnya. Dan dengan
ilmu hisab ini juga kita dapat menghitung awal bulan hijriyah.
Dalam ilmu
hisab, banyak tokoh yang mengembangkan ilmu ini. Dan pada pembahasan makalah
kali ini akan menjelaskan metode yang di gunakan jean meeus. Yaitu Seorang astronom Belgia yang mengkhususkan diri dalam mekanika langit, matematika
dan astronomi bola. Jean Meeus belajar
matematika di University of Leuven di Belgia, di mana ia memperoleh gelar
sarjana pada tahun 1953. Sampai pensiun tahun 1993, ia adalah seorang ahli
meteorologi di Brussels Airport. Pada tahun 1986 Jean Meeus
memenangkan Amatir Achievement Award dari Astronomical Society of the Pacific. Jean Meeus
merupakan anggota Astronomical Society of France (SAF) sejak
tahun 1948, ia menerima Medali dari 60 tahun
pada tahun 2008. Dia telah menerbitkan lebih dari seratus artikel dalam jurnal
Astronomi diterbitkan oleh SAF. Dia adalah editor dari Almanak diterbitkan oleh
perusahaan selama 25 tahun .Salah satu temuannya adalah Astedroid 2213 Meeus,
nama tersebut diambil dari namanya sendiri, dan sampai akhir hayatnya beliau
mengabdikan diri sebagai seorang meteorologist di Airport Brussels (1953-1993).
Dari
metode jean meeus ini, di antaranya kita dapat menentukan ijtimak, umur hilal.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Seperti apakah
sistem hisab yang di pakai jean meeus?
2.
Bagaimana
contoh perhitungan dari jean meeus?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Hisab Astronomical
Algorithms Jean Meeus
1. Tinjauan Umum Astronomical
Algorithms Jean Meeus
Algortima Meeus
digunakan untuk menghitung posisi Bulan, Matahari, Planet-Planet anggota tata
surya dan bintang lainnya apabila diketahui epoch atau tanggal yang akan
dicari posisinya dengan persamaanpersamaan yang melibatkan banyak suku koreksi.
Algoritma Meeus sebenarnya merupakan
reduksi dari algortima VSOP87 yang lengkap. Dari ribuan suku koreksi dalam
algoritma VSOP87 untuk menentukan posisi Matahari (bujur ekliptika, lintang
ekliptika, dan jarak Bumi-Matahari), maka yang diperhitungkan adalah sekitar
ratusan suku-suku yang besar dan penting dalam algoritma Meeus ini. Adapun
suku-suku lainnya yang kecilkecil tidak ikut diperhitungkan (Rinto Anugraha,
2012:68).[2]
2. Metode perhitungan
Adapun langkah-langkah dalam
menghitung awal bulan kamariah menggunakan algotirma Jean Meeus adalah sebagai
berikut:[3]
a. Menentukan Waktu Maghrib dan Umur Hilal
Setelah mengetahui kapan terjadi ijtimak, maka
selanjutnya adalah mencari waktu maghrib. Waktu maghrib dihitung dua kali, yakni
mencari perkiraan waktu maghrib dan waktu maghrib hakiki. Parameter yang harus diketahui terlebih dahulu adalah lintang
tempat, bujur tempat, bujur daerah, ketinggian tempat dan Julian Date pada pukul
12 waktu lokal. Julian Date pukul 12 waktu lokal dicari dengan rumus berikut:
JD 12 LT = INT(JD ijtimak + 0,5) – (λ daerah ÷ 360)
Keterangan:
JD 12 LT = Julian Date
pada jam 12 waktu lokal
JD ijtimak = Julian Date pada Ijtimak
Λ daerah =
Bujur daerah (WIB=1050, WITA=1200, WIT=1350)
Julian Date pada pukul 12 waktu lokal digunakan untuk menghitung equation
of time, deklinasi Matahari, sudut waktu dan perkiraan waktu maghrib. Untuk
menghitung equation of time dan deklinasi Matahari, terlebih dahulu
mencari Bilangan Abad Julian (T),
T = (JD12 LT – 2451545) ÷
36525
Sudut Tahun (U) dan Bujur Rata-rata Matahari (L0) dengan rumus sebagai berikut
(Meeus, 1991: 151).
U = 2π T × 100
L = 280,46607° + 36000,7698 × U
Selanjutnya menghitung deklinasi Matahari dan equation of time dengan
rumus berikut:
δ = 0,37877° + 23,264° sin(57,297×T – 79,547) + 0,3812°
sin(2×57,297×T – 82,682) + 0,17132° sin(3×57,297×T – 59,722)
e =
– (1789 + 237 U) sinL – (7146 – 62 U) cosL + (9934 –14 U) sin 2 L – (29 + 5 U) cos
2 L + (74 + 10 U) sin 3 L + (320 – 4 U) cos 3 L – 212 sin 4 L
Di mana:
T = bilangan abad Julian
U = sudut tahun
L = Bujur rata-rata Matahari
δʘ = deklinasi matahari
e = equation of time
Sebelum menghitung sudut waktu maghrib, terlebih dahulu mencari
ketinggian matahari saat terbenam dibawah ufuk yaitu:
hʘ Maghrib = –
(1,73′ √H + 50′)
Di mana: hʘ Maghrib = tinggi matahari saat terbenam
H = ketinggian tempat
(meter)
Nilai 50 menit busur diperoleh dari penjumlahan Semi Diameter
rata-rata Matahari sebesar 16 menit busur dengan refraksi pada ketinggian 0
derajat sebesar 34 menit busur.
Adapun t (sudut waktu) dihitung dengan menggunakan rumus:
Cos tʘ = sin hʘ : (cos φ x cos δʘ ) – (tan φ x tan δʘ )
Dimana:
tʘ = sudut waktu
hʘ = tinggi Matahari
φ = lintang pengamat
δʘ = deklinasi Matahari
Setelah diketahui besarnya sudut waktu, maka perkiraan waktu maghrib
dapat dihitung dengan rumus berikut:
Maghrib = 12 + (tʘ ÷ 15) – (e ÷
60) – [(λ tempat – λ daerah) ÷ 15]
Selanjutnya membandingkan antara perkiraan waktu maghrib dan
ijtimak menggunakan parameter umur hilal yang merupakan waktu maghrib dikurangi
dengan ijtimak. Jika umur hilal positif (ijtimak terjadi sebelum maghrib), maka
dapat dilanjutkan dengan mencari maghrib hakiki dengan mengulang perhitungan
seperti ketika menghitung perkiraan waktu maghrib namun dengan sedikit perubahan
parameter. Jika pada perhitungan perkiraan waktu maghrib, menggunakan Julian
Date jam 12 waktu lokal, pada perhitungan maghrib hakiki menggunakan Julian
Date ketika Maghrib seperti yang ditunjukkan oleh rumus berikut.
JDMaghrib = JD12 LT – 0,5 + (tʘ ÷ 15)
T = (JDMaghrib – 2451545) ÷ 36525
Jika umur hilal negatif (ijtimak terjadi
setelah maghrib), maka Julian Date pada jam 12 waktu lokal dapat ditambah
dengan 1 yang menandakan bahwa perhitungan waktu maghrib dilakukan untuk esok harinya.
Kemudian dilakukan iterasi kembali
sampai didapat waktu maghrib hakiki.
B.
Contoh Perhitungan
Berikut
ini adalah data awal bulan qamariyah
dengan metode jean meeus menghitung
ijtimak awal Ramadhan
1437 H. :
Markaz:
Menara Al-Husna MAJT Semarang
Lintang
: 6°59′04,42” Selatan
Bujur
: 110°29′47,72″ Timur
Tinggi
Tempat : 95 meter.
Zona waktu : +7
Ijtima’ awal bulan Ramadhan 1437 H. terjadi pada tanggal
5 Juni 2016 M. pukul 02:59:34 WIB.
Deklinasi Matahari (belum terkoreksi) = 22,5923696
Equation of time (belum terkoreksi) = 1,455530749
T0’ (belum terkoreksi) = 88,20297962
Maghrib (belum terkoreksi) = 17:45:08 WIB.
Deklinasi Matahari (terkoreksi) = 22,61789525
Equation of time (terkoreksi) = 1,412594704
T0’ (terkoreksi) = 88,19950211
Maghrib (terkoreksi) = 17:45:09 WIB.
Umur
Hilal = 14:45:35 WIB.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perhitungan yang di lakukan jean meeus
menggunakan lebih banyak suku dalam rumus-rumusnya dibanding dengan rumus yang
dilakukan oleh astronom-astronom lain. Dan karena banyaknya suku pada rumus
meeus, rumus meeus menjadi rumus yang paling akurat dan mendapat penghargaan Amatir Achievement Award dari Astronomical Society of the Pacific. Dan
telah menerima lebih dari 60 medali pada tahun 2008.
Jadi menurut metode yang digunakan jean meeus,
awal bulan ramadhan tahun 1437 H jatuh pada tanggal 5 juni 2016 M. Dengan data
berikut:
Markaz:
Menara Al-Husna MAJT Semarang
Lintang
: 6°59′04,42” Selatan
Bujur
: 110°29′47,72″ Timur
Tinggi
Tempat : 95 meter.
Zona waktu : +7
Ijtima’ awal bulan Ramadhan 1437 H. terjadi pada tanggal
5 Juni 2016 M. pukul 02:59:34 WIB.
Deklinasi Matahari (belum terkoreksi) = 22,5923696
Equation of time (belum terkoreksi) = 1,455530749
T0’ (belum terkoreksi) = 88,20297962
Maghrib (belum terkoreksi) = 17:45:08 WIB.
Deklinasi Matahari (terkoreksi) = 22,61789525
Equation of time (terkoreksi) = 1,412594704
T0’ (terkoreksi) = 88,19950211
Maghrib (terkoreksi) = 17:45:09 WIB.
Umur
Hilal = 14:45:35 WIB.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar